Paleontropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul dan perkembangan manusia dengan fosil manusia purba sebagai objek penelitiannya dan merupakan salah satu dari cabang ilmu Biologi. Paleoantropologi berasal dari bahasa Yunani: παλαιός (palaeos) "tua, kuno", anthrōpos (ἄνθρωπος), "manusia", pemahaman akan kemanusiaan, dan -logia (-λογία), "ilmu"), yang merupakan kombinasi dari disiplin ilmu paleontologi dan antropologi ragawi, merupakan sebuah ilmu yang mempelajari manusia pada masa lalu yang ditemukan dalam bentuk fosil hominid seperti tulang dan tapak kaki yang mengalami petrifikasi.
Sabtu, 11 April 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Pengertian dan Sejarah Paleoantropologi
Selasa, Maret 31, 2015
Dyan123
No comments
Sejarah Paleoantropologi
Abad ke-18
Sejak masa Carl Linnaeus , kera besar dianggap sebagai relasi paling dekat dengan manusia, berdasarkan kesamaan morfologi. Pada abad ke-19, diperkirakan bahwa relasi terdekat dengan manusia adalah simpanse dan gorila, dan berdasarkan kemiripannya, diduga bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan kera Afrika dan fosilnya pasti dapat ditemukan di Afrika.
Sejak masa Carl Linnaeus , kera besar dianggap sebagai relasi paling dekat dengan manusia, berdasarkan kesamaan morfologi. Pada abad ke-19, diperkirakan bahwa relasi terdekat dengan manusia adalah simpanse dan gorila, dan berdasarkan kemiripannya, diduga bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan kera Afrika dan fosilnya pasti dapat ditemukan di Afrika.
Abad ke-19
Cabang ilmu ini diperkirakan muncul pada akhir abad ke-19 ketika terjadi penemuan penting yang berujung terhadap studi evolusi manusia. Hal tersebut adalah penemuan manusia Neanderthal di Jerman, karya Thomas Huxley yang berjudul Evidence as to Man's Place in Nature, dan karya Charles Darwin yang berjudul The Descent of Man merupakan awal penelitian paleoantropologi yang penting.
Cabang ilmu paleoantropologi modern dimulai pada abad ke-19 dengan penemuan "manusia Neanderthal" (yang ditemukan pada tahun 1856, tetapi di daerah lain terdapat penemuan tulang yang mirip sejak tahun 1830), dan dengan bukti yang menunjukkan bahwa temuan tersebut merupakan manusia gua. Ide bahwa manusia memiliki kemiripan dengan kera besar telah ada pada beberapa orang sejak lama, tetapi ide mengenai evolusi biologi mengenai spesies secara umum tidak diakui hingga setelah Charles Darwin mempublikasikan On the Origin of Species pada tahun 1859.
Walaupun buku pertama Darwin mengenai evolusi tidak mengacu kepada pertanyaan mengenai evolusi manusia—"light will be thrown on the origin of man and his history," ataucahaya akan terungkap pada masalah asal manusia dan sejarahnya,"merupakan pernyataan yang Darwin tulis pada buku tersebut—tetapi pembaca kontemporer mengerti bahwa hal tersebut dimaksudkan untuk teori evolusi.
Debat antara Thomas Huxley danRichard Owen dipusatkan terhadap ide mengenai evolusi manusia. Huxley menggambarkan persamaan dan perbedaan antara manusia dan monyet pada bukunya yang diterbitkan tahun 1863 Evidence as to Man's Place in Naturedengan meyakinkan. Ketika Darwin menerbitkan bukunya sendiri dengan judul Descent of Man, buku tersebut telah terkenal untuk interpretasi mengenai teorinya—dan interpretasi tersebut yang membuat teorinya menjadi konroversial. Bahkan banyak pendukung Darwin (seperti Alfred Russel Wallace dan Charles Lyell) menolak dengan keras pendapat bahwa manusia dapat melakukan evolusi pada kapasitas mental mereka dengan tidak terbatas dan kepekaan moral melalui seleksi alam.
Cabang ilmu ini diperkirakan muncul pada akhir abad ke-19 ketika terjadi penemuan penting yang berujung terhadap studi evolusi manusia. Hal tersebut adalah penemuan manusia Neanderthal di Jerman, karya Thomas Huxley yang berjudul Evidence as to Man's Place in Nature, dan karya Charles Darwin yang berjudul The Descent of Man merupakan awal penelitian paleoantropologi yang penting.
Cabang ilmu paleoantropologi modern dimulai pada abad ke-19 dengan penemuan "manusia Neanderthal" (yang ditemukan pada tahun 1856, tetapi di daerah lain terdapat penemuan tulang yang mirip sejak tahun 1830), dan dengan bukti yang menunjukkan bahwa temuan tersebut merupakan manusia gua. Ide bahwa manusia memiliki kemiripan dengan kera besar telah ada pada beberapa orang sejak lama, tetapi ide mengenai evolusi biologi mengenai spesies secara umum tidak diakui hingga setelah Charles Darwin mempublikasikan On the Origin of Species pada tahun 1859.
Walaupun buku pertama Darwin mengenai evolusi tidak mengacu kepada pertanyaan mengenai evolusi manusia—"light will be thrown on the origin of man and his history," ataucahaya akan terungkap pada masalah asal manusia dan sejarahnya,"merupakan pernyataan yang Darwin tulis pada buku tersebut—tetapi pembaca kontemporer mengerti bahwa hal tersebut dimaksudkan untuk teori evolusi.
Debat antara Thomas Huxley danRichard Owen dipusatkan terhadap ide mengenai evolusi manusia. Huxley menggambarkan persamaan dan perbedaan antara manusia dan monyet pada bukunya yang diterbitkan tahun 1863 Evidence as to Man's Place in Naturedengan meyakinkan. Ketika Darwin menerbitkan bukunya sendiri dengan judul Descent of Man, buku tersebut telah terkenal untuk interpretasi mengenai teorinya—dan interpretasi tersebut yang membuat teorinya menjadi konroversial. Bahkan banyak pendukung Darwin (seperti Alfred Russel Wallace dan Charles Lyell) menolak dengan keras pendapat bahwa manusia dapat melakukan evolusi pada kapasitas mental mereka dengan tidak terbatas dan kepekaan moral melalui seleksi alam.
Paleontropolog terkenal
- Robert Ardrey (1908–1980)
- Davidson Black (1884–1934)
- Robert Broom (1866–1951)
- J. Desmond Clark (1916–2002)
- Carleton S. Coon (1904–1981)
- Raymond Dart (1893–1988)
- Eugene Dubois (1858–1940)
- Johann Carl Fuhlrott (1803–1877)
- Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald (1902–1982)
- Louis Leakey (1903–1972)
- Mary Leakey (1913–1996)
- André Leroi-Gourhan (1911–1986)
- Kenneth Oakley (1911–1981)
- Pierre Teilhard de Chardin (1881–1955)
- Franz Weidenreich (1873–1948)
- Robert Ardrey (1908–1980)
- Davidson Black (1884–1934)
- Robert Broom (1866–1951)
- J. Desmond Clark (1916–2002)
- Carleton S. Coon (1904–1981)
- Raymond Dart (1893–1988)
- Eugene Dubois (1858–1940)
- Johann Carl Fuhlrott (1803–1877)
- Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald (1902–1982)
- Louis Leakey (1903–1972)
- Mary Leakey (1913–1996)
- André Leroi-Gourhan (1911–1986)
- Kenneth Oakley (1911–1981)
- Pierre Teilhard de Chardin (1881–1955)
- Franz Weidenreich (1873–1948)
Arkeologi
Selasa, Maret 31, 2015
Dyan123
No comments
Arkeologi, berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang berarti "kuno" dan logos, "ilmu". Nama alternatif arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi). Teknik penelitian yang khas adalah penggalian (ekskavasi) arkeologis, meskipun survei juga mendapatkan porsi yang cukup besar.
Tujuan arkeologi beragam dan menjadi perdebatan yang panjang. Di antaranya adalah yang disebut dengan paradigma arkeologi, yaitu menyusun sejarah kebudayaan, memahami perilaku manusia, serta mengerti proses perubahan budaya. Karena bertujuan untuk memahami budaya manusia, maka ilmu ini termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora. Meskipun demikian, terdapat berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain sejarah, antropologi, geologi (dengan ilmu tentang lapisan pembentuk bumi yang menjadi acuan relatif umur suatu temuan arkeologis), geografi, arsitektur,paleoantropologi dan bioantropologi, fisika (antara lain dengan karbon c-14 untuk mendapatkan pertanggalan mutlak), ilmu metalurgi (untuk mendapatkan unsur-unsur suatu benda logam), serta filologi (mempelajari naskah lama).
Arkeologi pada masa sekarang merangkumi berbagai bidang yang berkait. Sebagai contoh, penemuan mayat yang dikubur akan menarik minat pakar dari berbagai bidang untuk mengkaji tentang pakaian dan jenis bahan digunakan, bentuk keramik dan cara penyebaran, kepercayaan melalui apa yang dikebumikan bersama mayat tersebut, pakar kimia yang mampu menentukan usia galian melalui cara seperti metoda pengukuran karbon 14. Sedangkan pakar genetik yang ingin mengetahui pergerakan perpindahan manusia purba, meneliti DNAnya.
Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika terdapat bukti-bukti tertulis). Pada perkembangannya, arkeologi juga dapat mempelajari budaya masa kini, sebagaimana dipopulerkan dalam kajian budaya bendawi modern (modern material culture).
Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa lalu, maka arkeologi sangat membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai sumber data. Oleh karena itu, kemudian dikembangkan disiplin lain, yaitu pengelolaan sumberdaya arkeologi (Archaeological Resources Management), atau lebih luas lagi adalah pengelolaan sumberdaya budaya (CRM, Culture Resources Management).
Periodisasi
Selasa, Maret 31, 2015
Dyan123
No comments
Pembagian zaman
Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, bedasarkan bahan untuk membuat alat-alatnya (terbagi menjadi Zaman Batu & Zaman Besi), & bedasarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya (terbagi menjadi Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan, Masa Bercocok Tanam, & Masa Perundagian)
Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:
Zaman Batu Tua (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal)
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
- Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-variannya seperti kapak perimbas & kapak penetak
- Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes & peralatan dari tulang)
Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada Palaeolithikum antara lain:
- Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar)
- Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan untuk menggemburkan tanah).
- Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan (buah-buahan & umbi-umbian).
- Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, maka masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan).
- Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di dekat sumber air ada banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan).
- Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
- Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di China, dimana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah gua).
Zaman Batu Tengah (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
- Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur &moddinger yang berarti sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput & kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak Sumatra/Pebble & batu pipisan.
- Kebudayaan Abris Sous Roche
Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung panah, flakke, batu penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam gua.
Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada zaman Mesolithikum antara lain:
- a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra, yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum)
- b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)
- c.Gundukan Kjokkenmoddinger yang dapat mencapai tinggi tujuh meter dengan diameter tiga puluh meter ini tentu terbentuk dalam waktu lama, sehingga disimpulkan bahwa manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara waktu, ketika makanan habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman Palaeolithikum) di tepi pantai.
- d. Peralatan yang ditemukan dariAbris Sous Roche memberi informasi bahwa manusia juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.
Zaman Batu Muda (Masa Bercocok Tanam)
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
- Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
- Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.
- Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
- Pakaian dari kulit kayu
- Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)
Kebudayaan Megalith
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalith, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalith justru pada zaman logam. Hasil kebudayaan Megalith, antara lain:
- Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang.
- Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang
- Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)
- Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
- Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup
- Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka
Zaman Logam (Masa Perundagian)
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Zaman logam di Indonesia dibagi atas:
Zaman Perunggu
Pada zaman Perunggu/disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tongkin China (pusat kebudayaan ini) manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:
- Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
- Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
- Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
- Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)
Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
- Mata Kapak bertungkai kayu
- Mata Pisau
- Mata Sabit
- Mata Pedang
- Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
Pengertian Sejarah dan Prasejarah
Selasa, Maret 31, 2015
Dyan123
No comments
Sejarah
Artikel ini berisi tentang bidang akademis. Untuk sejarah umum manusia, lihat Sejarah dunia. Untuk penggunaan lainnya, lihat Sejarah (disambiguasi).
Sejarah juga dapat mengacu pada bidang akademis yang menggunakan narasi untuk memeriksa dan menganalisis urutan peristiwa masa lalu, dan secara objektif menentukan pola sebab dan akibat yang menentukan mereka. Ahli sejarah terkadang memperdebatkan sifat sejarah dan kegunaannya dengan membahas studi tentang ilmu sejarah sebagai tujuan itu sendiri dan sebagai cara untuk memberikan "pandangan" pada permasalahan masa kini. Sejarah (bahasa Yunani: ἱστορία,historia, yang berarti "penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian") adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia.Dalam bahasa Indonesia sejarah babad,hikayat, riwayat, atau tambo dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Ini adalahistilah umum yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi, organisasi, dan penyajian informasi mengenai peristiwa ini. Istilah ini mencakup kosmik,geologi, dan sejarah makhluk hidup, tetapi seringkali secara umum diartikan sebagai sejarah manusia. Para sarjana yang menulis tentang sejarah disebutahli sejarah atau sejarawan. Peristiwa yang terjadi sebelum catatan tertulis disebut Prasejarah.
Cerita umum untuk suatu budaya tertentu, tetapi tidak didukung oleh pihak luar (seperti cerita seputar Raja Arthur) biasanya diklasifikasikan sebagai warisan budaya atau legenda, karena mereka tidak mendukung "penyelidikan tertarik" yang diperlukan dari disiplin sejarah. Herodotus, abad ke-5 SM ahli sejarah Yunanidalam masyarakat Barat dianggap sebagai "bapak sejarah", dan, bersama dengan kontemporer Thucydides, membantu membentuk dasar bagi studi modern sejarah manusia. Kiprah mereka terus dibaca hari ini dan kesenjangan antara budaya Herodotus dan Thucydides militer yang berfokus tetap menjadi titik pertikaian atau pendekatan dalam penulisan sejarah moderen. Dalam tradisi Timur, sebuah riwayat negara Chun Qiu dikenal untuk dikompilasi mulai sejak 722 SM meski teks-teks abad ke-2 SM selamat.
Pengaruh kuno telah membantu penafsiran varian bibit sifat sejarah yang telah berkembang selama berabad-abad dan terus berubah hari ini. Studi modern sejarah mulai meluas, dan termasuk studi tentang daerah tertentu dan studi topikal tertentu atau unsur tematik dalam penyelidikan sejarah. Seringkali sejarah diajarkan sebagai bagian dari pendidikan dasar dan menengah, dan studi akademis sejarah adalah ilmu utama dalam penelitian di Universitas.
Sistem tiga zaman prasejarah |
|
Sejarah |
|
lihat pula: Modernitas, Futurologi |
↓Masa depan |
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada,leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di saat catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan permulaan terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di saat kehidupan manusia di Bumi yang belum mengenal tulisan.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam,Kalimantan Timur baru me:masuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi,antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti prasejarah didapat dari [[artefak|artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs prasejarah.